"Aku Kagum Padamu, Melatiku ! "
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa
(Qs. Al Baqarah
2:183)
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.
(QS. Ali Imran
3:92)
Dari Salim r.a., dari Bapaknya, bahwa
Nabi Muhammad Saw bersabda, Tidak boleh iri kecuali pada dua perkara; Pertama,
kepada orang yang dikarunia Allah ilmu Al-Qur'an, lalu diamalkannya siang malam.
Kedua, kepada orang yang dikarunia Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya
siang dan malam (dijalan Allah).
(HR.
Muslim)
*****
Suasana malam yang indah, pagi yang cerah, hari-hari penuh nuansa ibadah, itulah yang dirasakan Nisa menjalani bulan Ramadhan. Seperti biasa ia pamit pada orangtuanya untuk berangkat kerja, kicauan burung turut merasakan kegembiraannya.
Suasana malam yang indah, pagi yang cerah, hari-hari penuh nuansa ibadah, itulah yang dirasakan Nisa menjalani bulan Ramadhan. Seperti biasa ia pamit pada orangtuanya untuk berangkat kerja, kicauan burung turut merasakan kegembiraannya.
Sesampai di kantor, Nisa sibuk minta maaf
kesana kemari, menelpon atau menyurati saudara, sanak famili dan
sahabat-sahabatnya, sembari menghubungkan kembali jalinan siraturrahmi.
Sedapat mungkin ia ingin membersihkan dirinya, terutama yang satu ini,
membayar hutang di kantin sebelah !, yach.. jangan sampai ada aliran darah
di dalam tubuh ini yang terbentuk dari hal-hal yang diharamkan Allah,
bisiknya dalam hati.
Kemarin, ia masih suka mengeluh
mengerjakan tugas-tugasnya, suka memberikan ceramah panjang pada adik-adik
( magang ) yang merokok, ataupun mengomeli mereka yang suka teriak-teriak,
tapi kini.. tidak lagi ! , “Kendalikan dirimu, Nisa !” katanya pada
diri.
Tak terasa, cepat sekali waktu berlalu, tiba-tiba sudah waktunya
pulang. Dengan alunan nasyid gubahannya, ia mengitari jalan tepian
untuk berbelanja, memberikan hadiah cinta, pada orang-orang yang ia
sayang, terutama
neneknya.
*****
Nisa meringsut mendekati tubuh wanita tua itu, menciumi tangan dan kedua belah pipinya, “Nenek sehat-sehat saja kan ?”. Wajah wanita itu menyiratkan kerinduan pada Nisa, sejenak nuansa kasih sayang meliputi keduanya.
Nisa meringsut mendekati tubuh wanita tua itu, menciumi tangan dan kedua belah pipinya, “Nenek sehat-sehat saja kan ?”. Wajah wanita itu menyiratkan kerinduan pada Nisa, sejenak nuansa kasih sayang meliputi keduanya.
Wanita malang. Siapapun tak akan pernah tahu
bahwa dulunya ia adalah seorang kaya yang tak pernah pelit membagi-bagikan
hartanya, wanita yang penyayang terhadap anak-anak China yang dipeliharanya
seperti anak sendiri, sungguh.. ia tak pernah menyesali takdir Allah yang
hanya mengizinkannya memelihara amanah seorang anak laki-laki yang hanya
bertahan hidup selama 7 tahun. Dan kini.. ia pasrah menjalani hari-harinya
dengan penyakit yang dideritanya, walau masih sering bertanya-tanya kenapa ia
harus menderita kanker rahim, ia tetap yakin bahwa Allah
sangat menyayanginya. Anak pertama dari ketiga anak asuh Chinanya
itulah ibu Nisa.
“Nisa bawain kesukaan Nenek..”. Mata yang
dihiasi garis-garis keriput itu berbinar bahagia menerima pemberian Nisa.
“Aduh, repot-repot saja engkau ini, cucuku !”. Katanya sembari tersenyum dan
melihat isi bungkusan.
Hati siapapun akan teriris melihat keadaan
nenek yang tinggal satu-satunya itu, Nisa masih ingat ketika ia kecil,
betapa penuh kasihnya wanita itu mengurus suami tercinta yang sakit-sakitan
(kakek Nisa). Betapa senangnya Nisa mendapat julukan “cucu
tersayang” karena paling sering mengunjungi kakeknya. Dulu kunjungannya
bernilai uang seratus perak yang masih bernilai tinggi, namun kini..
jangankan memberinya seratus perak, uang untuk ongkos berobatpun sang
nenek tercinta tidak punya, masya Allah...
Langit mendung, Nisa
permisi pulang, berat terlihat dari sepasang tatapan teduh wanita berusia
senja itu, namun ia melepaskan juga Nisa pergi.
“Hati-hati ya cu’..”.
Nisa menciumi kedua belah pipi neneknya, berlalu setelah mengucapkan
salam.
*****
Tiba di rumah, Bunda menyambutnya dengan senyuman. Hidangan
berbuka telah tersaji di meja, begitu pula kurma yang dibawa Nisa. Bedug
maghrib tiba, Nisa beserta keluarga berbuka, kemudian shalat bersama,
Ya Allah.. sungguh nikmatnya.
“Maafkan Nisa ya Ayah.. Bunda..”. Lirih
suara Nisa pada kedua orangtuanya, sang ayah mengusap lembut kepala
anaknya. Usai shalat sunat dan mengaji, Nisa teringat pada Ayuning, kangen
mendengar suaranya.
“Wassalaamu’alaikum warahmatullaah..”. Suara tak
asing lagi itu terdengar di daun telinganya, tetapi.. kenapa Ayuning
menangis ?!..,
“Ayu bahagia Allah mengizinkan Ayu bertemu
Ramadhan lagi, Nisa.. Ayu sedih jika bulan barokah ini pergi.., Ayu pingin
memperkuat ibadah Ayu kepada-Nya.. , melakukan segala sesuatu yang Allah
perintahkan; berbuat baik pada orangtua, karib-kerabat, dan
seluruh hamba-hamba Allah yang memerlukan, terutama.. anak-anak yatim,
Nisa…! Ayu ingin membahagiakan mereka.. memberi mereka hadiah lebaran..
walaupun uang Ayu pas-pasan..”.
Nisa kaget ! (Subhanallah.. Ayu..,
betapa mulia hatimu.. betapa Aku Kagum Padamu, Melatiku ! , engkau selalu
membuat aku iri untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan, mengejar ampunan dan
keridhaan Allah di bulan Ramadhan !).shochieb.blogspot.com
0 Response to ""Aku Kagum Padamu, Melatiku ! ""
Posting Komentar